Laporan Pendahuluan Hipertensi Lengkap dan Mudah - Info Sehat

Tuesday 8 August 2017

Laporan Pendahuluan Hipertensi Lengkap dan Mudah

BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN (LP HIPERTENSI)

1.   Pengertian

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik bersama terus-menerus diatas 140/90 mmHg. Diagnosis hipertensi tidak berdasarkan pada peningkatan tekanan darah yang hanya sekali, tekanan darah mesti diukur dalam posisi duduk dan berbaring  (Barbadero, 2005. Hal 49).

Hipertensi didefenisikan sebagai tekanan darah yang interminten atau terus-menerus diatas 140/90 mmHg sebab fluktuasi tekanan darah berlangsung antar individu dan bisa tergoda oleh lingkungan dan ansietas  (Marrelli. 2008. Hal 125).



Sedangkan menurut Graber (2005. Hal 103) hipertensi didefenisikan sebagai rekanan darah sistolik yang menetap diatas atau sama bersama 140mmHg atau tekanan darah diastolik yang menetap diatas atau sama bersama 90 mmHg.

2.  Etiologi Hipertensi

Menurut Brooker (2009) penyebab yang mendasari hipertensi tidak diketahui pada sebagian besar pasien (lebih berasal dari 95%) dan disebut hipertensi esensial. Etiologi hipertensi terdiri atas multifaktor – segi yang berkaitan bersama hipertensi meliputi obesitas, diabetes, asupan garam (natrium) tinggi, penyalahan alkohol dan merokok. Faktor genetik terhitung memegang peranan. Kelompok ras spesifik punya prevalensi hipertensi lebih tinggi, seperti Afrika, Amerika dan Jepang.

Tekanan darah meningkat bersamaan usia dan hipertensi jarang berlangsung pada grup usia dibawah 25 tahun, kecuali mereka mengalami penyakit primer, seperti gagal ginjal (Brooker, 2009).


3.   Patofisiologi LP Hipertensi

Adapun patofisiologi hipertensi yang dikemukakan oleh Brasher (2007) ialah sebagai selanjutnya :
Hipertensi esensial melibatkan interaksi yang benar-benar rumit pada segi genetik dan lingkungan yang dihubungkan oleh pejamu mediator neuro-hormonal.
Secara umum disebabkan oleh peningkatan tahanan perifer dan atau peningkatan volume darah.
Gen yang berpengaruh pada hipertensi primer (faktor herediter diperkirakan meliputi 30% sampai 40% hipertensi primer) meliputi reseptor angiotensin II, gen angiotensin dan rennin, gen sintetase oksida nitrat endothelial; gen protein repseptor kinase G; gen reseptor adrenergis; gen kalsium transpor dan natrium hydrogen antiporter (mempengaruhi sensivitas garam); dan gen yang terjalin bersama resistensi insulin, obesitas, hiperlipidemia, dan hipertensi sebagai grup bawaan.
Teori terkini berkenaan hipertensi primer meliputi:

Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis (SNS)
Respon maladaptive pada stimulasi saraf simpatis.
Parubahan gen pada reseptor dilengkapi persentase katekolamin serum yang menetap.
Peningkatan aktivitas sistem renin angiotensin aldosteron (RAA)
Secara langsung membuat vasokontriksi tapi terhitung meningkatkan aktivitas SNS dan menurunkan persentase prostaglandin vasodilator dan oksida nitrat.
Memediasi remodeling arteri ( pergantian structural pada dinding pembuluh darah).
Memediasi kerusakan organ akhir pada jantung (hipertrofi), pembuluh darah dan ginjal.
Defek pada transpor garam dan air
Gangguan aktivitas peptida natriuretik otak (brain natriuretik peptide, BNF), peptida natriuretik atrial (atrial natriuretik peptide, ANF), adrenomedulin, urodilatin dan endotelin.
Berhubungan bersama asupan diet kalsium, magnesium, dan kalium yang rendah.
Interaksi komplek yang melibatkan resistensi insulin dan fungsi endotel.
Hipertensi kerap berlangsung pada penderita diabetes, dan resistensi insulin di temukan pada banyak pasien hipertensi yang tidak punya diabetes klinis.
Resistensi insulin terjalin bersama penurunan pelepasan endothelial oksida nitrat dan vasodilator lain dan juga merubah fungsi ginjal.
Resistensi insulin dan persentase insulin yang tinggi meningkatkan aktivitas SNS dan RAA.

4.     Gambaran Klinis Pada Askep Hipertensi

Menurut Davey (2005) deskripsi klinis pada hipertensi  umumnya asimtomatik, sampai berlangsung kerusakan organ target. Sebagian besar nyeri kepala pada hipertensi tidak terjalin bersama Tekanan Darah. Fase hipertensi  yang  berbahaya biasa ditandai oleh nyeri kepala dan hilangnya penglihatan (papiledema). Gejala hipertensi benar-benar bervariasi, menjadi berasal dari yang tanpa gejala, atau bersama keluhan enteng seperti pusing-pusing, sakit kepala. Sebagian penderita kemungkinan mengeluh tegang-tegang di belakang leher, sesak napas kalau laksanakan aktivitas, dan ada yang langsung berlangsung serangan stroke dan atau gagal jantung.

5.    Penatalaksanaan LP Askep Hipertensi

Tujuan penatalaksanaan medis pada klien bersama hipertensi adalah menghambat terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta bersama menggapai dan menjaga tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Efektifitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, cost perawatan, dan kualitas hidup sehubungan bersama terapi (Muttaqin & arif 2009).

6.    Komplikasi LP askep Hipertensi

Menurut Dalimartha, dkk. (2008) Penderita hipertensi  berisiko di serang penyakit lain yang timbul kemudian. Beberapa penyakit yang timbul sebagai akibat hipertensi di pada nya sebagai selanjutnya :

a.Penyakit jantung koroner
Penyakit ini  kerap di alami penderita hipertensi sebagai akibat berlangsung nya pengapuran pada dinding pembuluh darah jantung. Penyempitan lubang  pembuluh darah jantung menyebab kan  menyusut nya aliran darah pada sebagian anggota otot jantung. Hal ini menyebab kan rasa nyeri di dada dan bisa berakibat masalah pada otot jantung. Bahkan, bisa menyebab kan timbul nya serangan jantung.

b.Gagal jantung
Tekanan darah yang  tinggi  memaksa  otot  jantung  bekerja lebih berat untuk memompa darah. Kondisi itu berakibat otot jantung akan menebal dan merenggang supaya energi pompa otot menurun. Pada akhir nya bisa berlangsung kegagalan kerja jantung secara umum. Tanda-tanda ada nya  komplikasi yakni sesak napas, napas putus-putus (pendek), dan berlangsung pembengkakan pada tungkai bawah dan juga kaki.

c.Kerusakan pembuluh darah otak
Beberapa penelitian di luar negeri mengutarakan bahwa hipertensi jadi penyebab utama pada kerusakan  pembuluh darah otak. Ada dua type kerusakan yang di timbulkan yakni pecahnya pembuluh darah dan kerusakan dinding pembuluh darah. Dampak akhirnya, seseorang bisa  mengalami stroke dan kematian.

d.Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan moment di mana ginjal tidak bisa berguna sebagaimana mestinya. Ada dua type kelainan ginjal akibat hipertensi, yakni nefrosklerosis benigna dan nefrosklerosis maligna. Nefrosklerosis benigna berlangsung pada hipertensi yang berlangsung lama supaya berlangsung pengendapan fraksi-fraksi plasma pada pembuluh darah akibat sistem menua. Hal itu akan  membuat energi permeabilitas dinding pembuluh darah berkurang. Adapun nefrosklerosis maligna merupakan kelainan ginjal yang di tandai bersama naiknya tekanan diastole di atas 130 mmHg yang di membuat terganggunya fungsi ginjal.

BAB III
LAPORAN PENDAHULUAN KASUS ASKEP HIPERTENSI


Asuhan Keperawatan Hipertensi Secara Teoritis
Menurut Wijayaningsih (2013, hal. 113) asuhan keperawatan pada klien Hipertensi dikerjakan melalui pendekatan sistem keperawatan yang terdiri berasal dari :

1.Pengkajian Teori Pada Hipertensi
Pengkajian keperawatan pada klien hipertensi dalam Askep LP Hipertensi dikerjakan bersama langkah berikut, dan memperoleh data-data sebagai selanjutnya :

a.Aktivitas atau Istirahat
kelemahan, letih, nafas pendek, frekuensi jantung tinggi, takipne, pergantian irama jantung,.

b.Sirkulasi.
Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit serebrovaskular, kenaikan tekanan darah, takikardia, distritmia, kulit pucat, cianosis, diaforesis.

c.Integritas ego
Perubahan kepribadian, ansietas, depresi, atau marak kronik, gelisah, tangisan yang meledak, gerak tangan empati, otot muka tegang, pernafasan maligna, peningkatan pola bicara.

d.Eliminasi
Gangguan ginjal pas ini atau era selanjutnya seperti infeksi, obstruksi atau riwayat penyakit ginjal.

e.Makanan/cairan
Makanan yang disukai tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol, mual dan muntah, pergantian berat badan obesitas, adanya edema.

f.Neurosensori
Pusing, sakit kepala, masalah penglihatan, pergantian keterjagaan, orientasi pola atau isikan berbicara pengaruh sistem pikir, atau memori (ingatan), Respon motorik  (penurunan kebolehan genggaman tangan), pergantian retina optic.

g.Nyeri atau kenyamanan
Angina, nyeri hilang atau timbul pada tungkai klaudikasi, sakit kepala, nyeri abdomen

h.Pernapasan
Dispnea, takipnea, ortopnea, dispnea noctural paroksisimal, riwayat merokok batuk bersama atau tanpa sputum, distress respirasi atau pemanfaatan otot aksesoris pernafasan, bunyi nafas tambahan, sianosis.

i.Prioritas Keperawatan
1)   Mempertahankan atau meningkatkan fungsi kardiovaskuler.
2)   Mencegah komplikasi
3)   Memberikan infomasi berkenaan sistem sistem atau prognosis dan program pengobatan.
4)   Mendukung pemeriksaan aktif pasien pada kondisi.

2.     Diagnosa dan Intervensi keperawatan Pada Hipertensi

Diagnosa keperawatan yang timbul pada diagnosa keperawatan pasien bersama hipertensi dalam LP Askep ini yang harusnya di dapatkan menurut Wijayaningsih (2013. Hal  113) yakni :

a.Nyeri atau sakit kepala terjalin bersama peningkatan tekanan vascular serebral.
b.Intoleransi aktivitas terjalin bersama kelemahan fisik.
c.Gangguan pergantian pola nutrisi lebih berasal dari keperluan tubuh terjalin bersama masukan terlalu berlebih keperluan metabolik.
d.Risiko tinggi pada penurunan curah jantung terjalin bersama peningkatan afterload dan vasokontriksi.

3.     Intervensi keperawatan Pada Kasus LP Askep Hipertensi


Intervensi Askep yang direncanaka pada pasien dengan hipertensi berdasarkan diagnosa keperawatan menurut Wijayanigsih (2013. Hal  113) adalah sebagai berikut:
Diagnosa
Perencanaan
Rasional
Nyeri atau sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral
1.      Mempertahankan tirah baring selama fase akut.

2.      Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala (kompres dingin dan tehnik relaksasi
3.      Minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala (mengejan saat BAB, batuk dan membungkuk).
4.      Kolaborasi dengan tim dokter pemberian analgesik.
1.      Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi.
2.      Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dan yang memperlambat.


3.      Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala.


4.      Menurunkan atau mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang sistem saraf simpatis.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
1.      kaji respon pasien terhadap aktivitas.






2.      Instruksikan pasien tentang tekhnik penghematan energi (duduk saat gosok gigi, atau menyisir rambu) dan melakukan aktivitas dengan perlahan.
3.      Dorongan untuk melakukan aktivitas atau perawatan diri bertahap, berikan bantuan sesuai kebutuhan.
1.      Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon fisiologi terhadap stress aktivitas dan bila ada merupakan indicator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.
2.      Tehnik menghemat energy mengurangi penggunaan energy, juga membatu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

3.      Kemajuan aktivitas bertahap mencegah penningkatan kerja jantung tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas
Gangguanperubahan pola nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebihan kebutuhan metabolik
1.     Kaji pemahaman pasien tentang hubungan antara hipertensi dan kegemukan.


2.     Bicarakan tentang pentingnya menurnkan masukan kalori dan batasi lemak, garam, gula sesuai indikasi.


3.     Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan.





4.     Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.





5.     Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi.
1.     Kegemukan adalah resiko tambahan pada tekana darah tinggikarena disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan massa tubuh.
2.     Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya atero sklerosis dan kegemukan, yang merupakan predisposisi untuk hipertensi dan komplikasinya.
3.     Motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal. Individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama sekali tidak berhasil.
4.     Mengidentifikasi kekuatan atau kelemahan dalam program diit terakhir, membantu menentukan kebutuhan individu untuk penyesuaian atau penyuluhan
5.     Memberikan konseling dan bantuan dnegan memenuhi kebutuhan diet individual.
Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload dan vasokontriksi
1.     Pantau tekanan darah untuk evaluasi awal.



2.     Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.

3.     Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas.







4.     Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurang aktivitas/keributan lingkungan.
5.     Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurangi aktivitas atau keributan dan batasi jumlha pengunjung dan lamanya tinggal.
1.     Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vascular.
2.     Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati/terpalpasi.
3.     S4 terdengar pada pasien hipertensi berat krena ada hipertropi atrium (penigkatan volume atau tekanan atrium), perkembangan S3 menunjukkan hipertropi ventrikel atau kerusakan fungsi
4.     Membantu untuk menurunkan rangsang simpatis.
5.     Membantu menurunkan rangsang simpatis dan meningkatkan relaksasi.

4.    Implementasi Pada klien bersama Hipertensi
Menurut Carpenito (2009, hal 57). komponen implementasi di dalam sistem keperawatan mencakup penerapan keterampilan yang diperlukan untuk mengimplentasikan intervensi keperawatan. Keterampilan dan ilmu yang diperlukan untuk implementasi kebanyakan berfokus pada

a.    Melakukan aktivitas untuk klien atau menunjang klien.
b.    Melakukan pengkajian keperawatan untuk mengidentifikasi masalah baru atau memantau status masalah yang telah ada
c.    Memberi pendidikan kesehatan untuk menunjang klien beroleh ilmu yang baru perihal kesehatannya atau penatalaksanaan gangguan.
d.   Membantu klien memicu ketetapan perihal fasilitas kesehatannya sendiri
e.    Berkonsultasi dan memicu rujukan pada profesi kesehatan lainnya untuk beroleh pengarahan yang tepat.
f.     Memberi tindakan yang spesifik untuk menghilangkan, mengurangi, atau selesaikan masalah kesehatan.
g.    Membantu klien melakukan aktivitasnya sendiri
h.    Membantu klien mengidentifikasi risiko atau masalah dan menggali pilihan yang tersedia.

5.    Evaluasi Pada Pasien Dengan Hipertensi
Evaluasi merupakan langkah paling akhir dari sistem keperawatan bersama langkah melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rancangan keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat selayaknya memiliki ilmu dan kapabilitas di dalam jelas respons pada intervensi keperawatan, kapabilitas menggambarkan kesimpulan perihal tujuan yang dicapai dan juga kapabilitas di dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil (Hidayat, 2008.  hal; 124).




DAFTAR PUSTAKA

Aisah (2012). Konsep Sehat Sakit.  diakses tanggal 25 Juni 2016

Barbadero, (2008). Klien gangguan kardiovskuler: seri asuhan keperawatan. Jakarta: EGC.

Brasher. V,L (2007). Aplikasi klinis patofisiologi : pemeriksaan dan manajemen. Editor edisi bahasa Indonesia: Devi. Y. Edisi ke dua. Jakarta : EGC

Brooker, C.  (2009). Ensiklopedia Keperawatan. Editor edisi bahasa Indonesia Estu Tiar. Jakarta : EGC.
Candra, A. (2013). Penderita Hipertensi Terus Meningkat. Penderita.Hipertensi.Terus.Meningkat. diakses tanggal 28 Juli 2016

Carpenito, L.J. (2009). Diagnosis Keperawatan: aplikasi pada praktik klinis. Edisi ke Sembilan. Jakarta : EGC.

Dalimartha,S., Basuki T, Sutarina, N,. & Mahendra. (2008) Care your self, hipertensi. Jakarta : penebar plus

Davey, P (2005). At A Glance Medicine. Editor: Amelia Safitri. Jakarta : Erlangga

Farah, V.B.,(2013). WHO: 1 dari 3 Orang Dewasa Terkena Tekanan Darah Tinggi. http://health.detik.com. diakses tanggal 25 Juni 2016

Graber, M.A. (2006). Buku Saku Dokter Keluarga. University of IOWA. Edisi Ketiga. Jakarta: EGC.
Hasyim. (2015). Hipertensi Mulai Serang Usia Muda. diakses tanggal 28 Juli 2016

Hidayat, A.A,. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, edisi kedua. Jakarta : salemba medika.
Kartika. (2014). Hipertensi Bukan Sekadar Tekanan Darah Tinggi. Hipertensi.Bukan.Sekadar.Tekanan.Darah.Tinggi. diakses tanggal 25 Juni 2016

Marrelli. (2008). Buku saku Dokumentasi keperawatan. Jakarta: EGC

Muttaqin & arif (2009). Pengantar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika.

Nursalim, M. (2015). Mengapa Kesehatan Sangat Penting Bagi Manusia. Diakses tanggal 03 Agustus 2016.

Purwandhono, (2013). Hipertensi. http://umc.unej.ac.id/index.php/78-berita/96-hipertensi. diakses tanggal 25 Juni 2016

Sativa. (2013). Dampak dan Bahaya dari Penyakit Hipertensi.  diakses pada tanggal 5 Juli 2016.

Comments


EmoticonEmoticon